Peningkatan ke depan katanya, siswa harus seimbang antara teknologi, science. Tanpa harus mendangkalkan keyakinan tentang keagamaan. Walau peradaban zaman terus berkembang bahkan telah sampai pada tingkat modernisasi dan globalisasi yang namanya pondasi agama, tegasnya, tidak boleh goyah oleh badai kehidupan atas dasar dari perkembangan tersebut.
“Kita terus giatkan upaya-upaya membentuk karakter siswa dengan tiga hal dasar, yakni science, teknologi dan religius. Bila itu seimbang dalam kehidupan, saya rasa dimanapun mereka berada, di desa atau di kota tidak akan mempengaruhinya terhadap nilai-nilai yang tidak bermanfaat” ucapnya.
Jelasnya, melalui sains mampu membentuk kecerdasan ilmiah siswa. Bahkan setiap tahun pemerintah sudah mengadakan kompetisi olimpiade sains dari tingkat terendah sampai internasional untuk menghasilkan generasi yang cerdas dalam ilmu sains.
Dan semua itu harus didukungpula dengan teknologi. Penggunaan teknologi secara positif dapat membantu tercapainya semua tujuan pendidikan. Jika tidak pandai memilah akan perkembangan dari teknologi tersebut, maka dapat dipastikan bisa menyebabkan penyimpangan-penyimpangan perilaku sekaligus merusak karakter siswa menjadi lebih buruk yang jauh dari harapan sesungguhnya.
Namun yang terpenting lanjutnya, agama merupakan fondasi utama dalam rambu-rambu kehidupan. sebab, semaju apapun pendidikan dan teknologi dimiliki peserta didik jika tidak punya pondasi agama yang kuat , maka jalan kehancuran tidak dapat dielakan lagi. Begitu krusial tentang hubungan manusia dengan tuhan.