Menurut Saribulih yang juga praktisi pendidikan ini, ide awal mendirikan Sasaran Silat Sarai Sarumpun di Banuaran ini adalah untuk mengantisipasi serangan westernisasi. Belakangan, generasi muda tidak hanya dihantui, narkoba, judi dan pergaulan bebas. Lebih dari itu, isu Lesbian, Gay. Biseksual dan Transgender (LGBT) ikut memporakporandakan mental generasi muda. “Kita tidak ingin hanya sekedar berkoar dan mengutuk parasit moral tersebut. Tapi juga bertekad membentengi generasi muda dengan pelatihan fisik, mental dan spiritual. Seluruh murid harus melaksanakan shalat berjam’ah, minimal Maghrib dan Isya di masjid. Ini pun mendapat dukungan para orang tua,” ujar Saribulih yang di dampingi Agusri, Yulisarman, Firmansyah Putra dan para pengurus lainnya.
Dia menegaskan, generasi muda harus diberikan aktifitas positif sesuai dengan bakat yang dimiliki. Terutama, yang berkaitan dengan budaya Minangkabau. “Budaya Minangkabau harus dikembalikan landasannya. Karena, hal ini, akan mampu menciptakan generasi muda yang agamais dan berbudi pekerti luhur,” ujar Saribulih























































