SPIRITSUMBAR.COM – Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah kabupaten kepulauan di Provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari gugusan pulau-pulau.
Jumlah pulaunya kurang lebih 99 buah. Termasuk empat pulau utama yang berpenghuni yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan.
Wilayah ini dikenal sebagai destinasi wisata bahari populer dengan pantai berpasir putih dan ombak kelas dunia, serta wisata budaya suku Mentawai. Kabupaten Kepulauan Mentawai terletak di sebelah barat pulau Sumatera, terpisah oleh Samudera Hindia.
Dengan banyaknya pulau yang dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam pemerataan pendidikan sudah jelas bahwa letak sekolahpun terpencar-pencar dan banyak yang berada didaerah pedalaman, terpencil, terluar dan terjauh dari pusat Kabupaten ataupun Kecamatan.
Dengan kondisi alam seperti itu, sudah dapat kita bayangkan betapa sulitnya seorang guru dalam melaksanakan tugas di daerah Mentawai. Hal ini tentu sangat berbeda sekali dengan guru-guru yang bertugas di perkotaan. Sudah sepatutnyalah timbul rasa syukur bagi guru-guru yang mendapat tugas di daerah perkotaan atau di tempat-tempat yang ramai dengan fasilitas yang serba lengkap.
Untuk pergi ke tempat tugas guru-guru diperkotaan bisa menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor dengan jalan yang sangat lancar dan mulus. Perjalanan yang dilalui pun tidak banyak pula mengalami tantangan serta rintangan alam yang sangat ekstrim dan penuh dengan resiko.
Berbeda halnya dengan guru-guru kita yang bertugas di Mentawai. Sarana transportasi yang mereka gunakan banyak menggunakan transportasi laut.
Biaya yang dikeluarkan pun cukup tinggi. Belum lagi tantangan alam yang sangat ekstrim yang harus mereka lalui.
Setelah mempergunakan transportasi laut, perjalanan mereka lanjutkan dengan transportasi darat menggunakan kendaraan roda dua dari dermaga ke tempat mereka bertugas melalui jalan yang cukup ekstrim dan melelahkan.
Penulis pernah juga melakukan perjalanan darat ke sekolah yang berada di Sipora Utara dari dermaga Tua Peijat Pulau Sipora menggunakan kendaraan roda dua dengan waktu tempuh lebih kurang 6 jam.
Sungguh luar biasa, jalan yang dilalui cukup ektrim, sempit dan licin. Sering terpeleset dan jatuh bangun dibuatnya. Waktu itu penulis baru melakukan perjalanan lewat darat semuanya. Sangat melelahkan sekali rasanya.
Bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang menggunakan transportasi laut, hal ini belum sebanding dengan perjalanan yang ditempuh oleh guru-guru kita.
Apalagi bagi guru-guru yang bertugas di daerah bagian barat daya, lebih ekstrim lagi. Harus memiliki nyali yang kuat untuk mengarunginya.
Badai dan gelombang laut yang cukup tinggi sepertinya tidak mereka hiraukan demi mencerdaskan anak bangsa. Apalagi ketika perjalanannya berada di bulan Agustus sampai Januari, Frekwensi Gelombang laut dan badainya cukup tinggi.
Nyawalah sebagai taruhan bagi guru-guru kita dalam melaksanakan pengabdiannya. Tidak cukup diberikan acungan dua jempol saja bagi mereka, akan tetapi sudah sepantasnyalah mereka mendapatkan perhatian dan penghargaan khusus dari pemerintah pusat apakah dalam bentuk tunjangan keselamatan dan tunjangan daerah sulit dan lain sebagainya bagi mereka.
Menjadi guru di Mentawai tidak hanya sekedar mendapatkan penghasilan, namun juga merupakan panggilan jiwa. Kalaulah tidak ada guru yang bertugas disini, bagaimana mutu pendidikan masyarakat akan meningkat.
Bila kita cermati lebih jauh, pernahkan terbayangkan dan terpikirkan oleh kita resiko yang akan terjadi jika seorang guru wanita untuk menuju sekolah tempat dia bertugas menggunakan kendaraan roda dua seorang diri jauh dari pusat kecamatan ke sekolah tempat dia bertugas. Dia membutuhkan waktu tempuh sekitar 6 jam.
Kalau guru laki-laki masih mendingan, tetapi ini dilakukan oleh seorang guru wanita tanpa adanya asuransi jiwa. Jauh dari keluarga, melalui medan yang sangat sulit, sepi, melewati lumpur, menaikkan sepeda motor ke atas rakit bamboo, hidup sendiri tanpa keluarga, hanya bisa bertemu dengan keluarga di waktu libur semester. Sungguh luar biasa pengabdian yang dilakukannya.
Sangat luar biasa pengorbanan dan pengabdian yang dilakukan oleh guru-guru kita di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kesiapan fisik serta mental perlu dipertanyakan dalam mengarungi hutan belantara dan lautan yang luas. Salah perhitungan, maut resikonya. Kondisi speedboat dan fisik guru harus benar-benar prima.
Jalan darat yang mereka tempuh sangat ekstrim, menempuh jalan yang berlumpur, menyeberangi sungai, melewati hutan belantara yang sepi, merupakan sebuah sungguh pengabdian yang sangat luar biasa.
Walaupun mendapatkan uang sertifikasi namun sangat pantaslah rasanya mereka mendapatkan tunjangan guru daerah sulit. Mungkin agak lebay kedengarannya, tetapi apabila kita lihat kondisi realnya malah tidak seimbang dengan resiko kecelakaan, biaya perbaikan kerusakan kendaraan yang kesemuanya itu sangatlah pantas untuk mereka terima.
Semoga apa yang dilakukan oleh guru-guru kita di kabupaten Kepulauan Mentawai bernilai sebagai ibadah dan menjadi perhatian bagi kita bersama. Salam hormat buat guru-guru yang bertugas di Mentawai. (*)






















































