Kondisi semakin berat dialami keluarga yang tidak memiliki bak penampung air hujan. Saat musim hujan, mereka biasanya mengandalkan air tampungan, namun kini tanpa fasilitas itu, satu-satunya pilihan adalah menjemput air jauh ke Batubalamin atau Sungai Ipuh, yang sebenarnya sudah lama ditinggalkan masyarakat sebagai sumber air bersih.
Kerusakan tidak hanya terjadi pada Pansimas Padang Laring Timur. Dua jalur air lain—Banda Baru dan Banda Usang—yang biasa mengalirkan air untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK) serta irigasi sawah juga ikut hancur. Polongan dan pipa air terputus, bahkan sebagian jatuh ke jurang sedalam puluhan meter setelah diterjang longsor.
Akibatnya, lahan pertanian warga terancam puso. Tanpa aliran air dari Banda Baru dan Banda Usang, petani tidak dapat mengairi sawah. Jika kondisi berlanjut, tanaman padi dipastikan akan mati sebelum masa panen tiba, dan kerugian ekonomi tak terelakkan.
Walinagari IV Koto Aur Malintang Utara, Amri Besman, menyatakan bahwa seluruh jaringan air yang bersumber dari Pansimas, Banda Baru, dan Banda Usang kini tidak berfungsi lagi. Kerusakannya total, mulai dari hulu hingga pipa distribusi yang sebelumnya menyalurkan air ke pemukiman.




















































