Meski Keuangan Terbatas, Padang Panjang Sarat Prestasi Hingga ke Internasional

oleh

Kebesaran Padang Panjang sebagai kota pelajar kemudian lebih populer pasca kunjungan Rektor Universitas Al Azhar Cairo, Mesir, Syeh Abdul Rahman Taj didampingi pihak Kedubes Mesir untuk Indonesia ke Padang Panjang pada 1956.

Pada kunjungan itu rombongan Abdul Rahman Taj kaget, di Padang Panjang terdapat banyak pesantren, muridnya ramai yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Indonesia bagian timur, dan negeri jiran seperti Malaysia, Berunei, Singapore dan Thailand Selatan.

Pasca kunjungan itu, seperti diungkap oleh A.Nadjir Joenoes, mantan wartawan/cholumnis (1950-1960-an) dan dosen ASKI/STSI Padang Panjang (1970-1990-an) pada HUT Kota Padang Panjang 23 Maret 1994, seorang penulis asal Belanda (nama tidak dirinci) menulis di salah satu media dengan judul; Padang Panjang Mesir van Andalas. Maksudnya, kebesaran Padang Panjang sebagai pusat pendidikan Islam terbesar kedua di dunia setelah Mesir (ukuran masa itu).

Keramaian kehadiran pelajar dari berbagai daerah di Indonesia dan negeri jiran itulah yang jadi kekuatan ekonomi Padang Panjang, di samping kota dagang yang muncul sejak 1790 M. Berikut, ditambah industri kapur, industri kulit, aneka kerajinan dari kulit, kuliner, penerbitan, pabrik kertas, pabrik pecah-belah, pandai besi dan pertanian.

Menarik dibaca